Jumat, 16 Desember 2011

Di Tolak, Tawaran Menggiurkan


Rembang – Tim PSIR Rembang Kamis siang dilaunching. Pihak manajemen siap mendukung jalannya kompetisi resmi dibawah naungan PSSI.

Suasana launching tim PSIR Rembang berlangsung cukup semarak di halaman obyek wisata Dampo Awang Becah Taman Rekreasi Pantai Kartini.
Manajemen PT Bina Putra Alam Persada mengenalkan 22 orang pemain yang akan berlaga pada Liga Divisi Utama. Satu per satu naik ke atas panggung, 15 orang pemain diantaranya merupakan pemain lokal Rembang. Hanya satu pemain ekspatriat, yakni Kristian Lenglolo asal Kamerun, berposisi sebagai striker.
Dalam launching tersebut, ditunjukkan pula kostum tim berwarna orange – orange. Bagian depan tampak logo perusahaan PT Semen Gresik, menjadi sponsor utama.
Manajer PSIR Rembang, Siswanto menegaskan akan mendukung kompetisi resmi yang digelar oleh PSSI bersama PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Berulang kali pihaknya ditawari untuk ikut bergabung ke kompetisi PT Liga Indonesia. Meski dengan iming iming menggiurkan, namun tetap ditolak, karena cukup beresiko.
Siswanto menargetkan bisa lolos ke kompetisi level I tahun depan, atau minimal berada di papan tengah klasemen.

Kapten kesebelasan PSIR Rembang, Deni Tarkas memohon dukungan pecinta sepak bola di Rembang, supaya mampu mencapai target tersebut.
Pemain asli Makassar Sulawesi Selatan ini menganggap sesuatu yang berat akan terasa ringan, kalau disokong kekompakan semua lapisan.
Tim PSIR Rembang tergabung dalam group dua, Liga Divisi Utama, bersaing dengan PSIS Semarang, Persik Kediri, PPSM Magelang, Barito Putra FC, Persip Pekalongan, Persikab Kabupaten Bandung, PSS Sleman, Persipasi Kota Bekasi dan Persepar Palangkaraya.
Laga perdana digelar hari Sabtu (17 Desember 2011) di Stadion Krida Rembang, PSIR akan meladeni Persepar Palangkaraya.

Sumber : radior2b.com

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Aku

Kuda binal yang menembus pasir-pasir putih

melayang menuju padang ilalang
kerasnya hidup hanyalah ujaran keadaan
pilihan hidup membuat manusia berdaulat

di jalan-jalan malam, lampu kota hanya menyeru
kemana tambatan kaki melaju
deru suara bereteriak memecah kelam
diri memang milik-Nya
tak kuasa menjemput sebelum ajal mendekat

kepada perempuan dengan senyum matahari
sang Evawani yang berjalan di kalbuku
air tangis ini hanya sebatas waris
dengan boneka manis yang tersenyum kepadamu
kala rangkaku telah ditelan tanah

dimana revolusi tidak pernah berakhir
aku mau hidup seribu tahun lagi*


By : Aseng Jayadipa