Kamis, 17 November 2011

Roda Petualang Di Botosari - Sumur Jalatunda, Banjarnegara































































Gowes Segmen track Botosari - Sumur Jalatunda, track yang sebagian besar di jalan On Road tetapi lebih banyak tanjakan yang tinggi menuju Dieng, sesekali kami memotong jalur melalui jalan kecil Off Road pedesaan. Track sepanjang 35 km yang kami lalui ini terasa lama menyita waktu karena banyaknya tanjakan yang harus kami taklukkan, tenaga pun terkuras untuk bisa mencapai Dieng. Hawa Sejuk pegunungan bercampur kabut dan ditambah sedikit gerimis terasa sedikit menjadi penghalang bagi kami, tetapi kami puas dengan suguhan keindahan alam yang jarang kami temui, dan sensasi tanjakan pegunungan yang sedikit menantang lutut kami. Tak terhitung titik pemberhentian, jika kaki mulai terasa kencang, tenggorokan terasa kering, dan tenaga yang mulai habis, sesekali kami berisitirahat demi kesehatan & kelancaran Gowes. Matahari pun mulai tenggelam sesampainya kami di Gerbang Sumur Jalatunda (Salah Satu obyek wisata di Kawasan Dieng), kami memutuskan untuk mengakhiri  Finish gowes hari ini. Segera kami packing sepeda ke dalam mobil evakuasi, Sambil melanjutkan perjalanan kami mampir di Kawah Sileri. Kabut yang mulai menebal turun, Dinginnya udara menusuk sampai ke tulang. mobil berjalan ke arah Dieng, dan kami putuskan untuk mencari penginapan disini, Sebuah Homestay jadi pilihan untuk sejenak merebahkan tubuh ini agar keesokan harinya bertambah tenaga melanjutkan perjalanan gowes kami.

Dan berikut saya lampirkan gambaran track dari GPS www.everytrail.com : Track Botosari-Sumur Jalatunda

2 komentar:

Maria Gembos Daulay mengatakan...

waaahhhh keren bang perjalanannya..kapan-kapan boleh ikutan dunk tripnya bang :) hee

Aseng Jayadipa mengatakan...

Siipp.... Bolehlah kalo mau join..,

Powered By Blogger

Aku

Kuda binal yang menembus pasir-pasir putih

melayang menuju padang ilalang
kerasnya hidup hanyalah ujaran keadaan
pilihan hidup membuat manusia berdaulat

di jalan-jalan malam, lampu kota hanya menyeru
kemana tambatan kaki melaju
deru suara bereteriak memecah kelam
diri memang milik-Nya
tak kuasa menjemput sebelum ajal mendekat

kepada perempuan dengan senyum matahari
sang Evawani yang berjalan di kalbuku
air tangis ini hanya sebatas waris
dengan boneka manis yang tersenyum kepadamu
kala rangkaku telah ditelan tanah

dimana revolusi tidak pernah berakhir
aku mau hidup seribu tahun lagi*


By : Aseng Jayadipa