Senin, 28 November 2011

PSIR Tersingkir Gelar Juara

Rembang-Tuan rumah PSIR Rembang tersingkir dariturnamen MNC-Bupati Cup yang dilaksanakan Sabtu hingga Selasa, 26-29 November di Stadion Krida Rembang. Dipartai final gelar juara direbutl, Persipasi Bekasi bertemu Persiku Kudus.
Pertandingan penyisihan pertama antara PSIR Rembang melawan Persipasi Bekasi berakhir melalui adu tendangan pinalti, karena hingga babak kedua selesai kedudukan seri 1-1. Dari adu 8 tendangan pinalti terjadi selisih 1 gol. Kubu PSIR Rembang salah seorang pemain diantaranya gagal mencetak gol, sementara eksekutor dari tim Persipasi Bekasi sukses menjalankan tugasnya, hingga skor akhir pertandingan 9-8 untuk keunggulan tamu, sehinggaPersipasi lolos ke partai final.
Sementara pada penyisihan kedua hari Minggu, Persiku Kudus melawan Persitara Jakarta Utara, berakhir dengan adu tendangan pinalti. Karena sampai babak kedua usai kedudukan seri 2-2. Enam algojo dari tim Persiku Kudus sukses melaksanakan tugas, sedangkan satu penedang dari kubu Persitara gagal mencetak gol. Kedudukan akhir Persiku Kudus unggul 7-6 dari Persitara Jakarta Utara, melenggang ke babak final yang digelar hari Selasa, untuk berebut gelar juara dengan Persipasi Bekasi.
Ketua panitia pelaksana turnamen MNC-Bupati Cup, M Daenuri menerangkan, juara pertama akan mendapat piala, piagam dan uang tunai sebanyak Rp 5 juta. Sedangkan runner up menerima piala piagam dan badiah uang sejumlah Rp 3 juta.
Disebutkan M Daenuri dari segi pelaksanaan turnamen dipandang sukes oleh pihak MNC grup selaku calon sponsor, dimungkinkan dalam waktu dekat akan menggelontorkan investasi yang masih dirahasiakan nilainya.


Sumber : cbfmrembang

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Aku

Kuda binal yang menembus pasir-pasir putih

melayang menuju padang ilalang
kerasnya hidup hanyalah ujaran keadaan
pilihan hidup membuat manusia berdaulat

di jalan-jalan malam, lampu kota hanya menyeru
kemana tambatan kaki melaju
deru suara bereteriak memecah kelam
diri memang milik-Nya
tak kuasa menjemput sebelum ajal mendekat

kepada perempuan dengan senyum matahari
sang Evawani yang berjalan di kalbuku
air tangis ini hanya sebatas waris
dengan boneka manis yang tersenyum kepadamu
kala rangkaku telah ditelan tanah

dimana revolusi tidak pernah berakhir
aku mau hidup seribu tahun lagi*


By : Aseng Jayadipa