Selasa, 09 Agustus 2011

Gowes Car Free Day Ramadhan Minggu #1 Semarang

                Bulan Ramadhan bukan halangan untuk beraktifitas, Sekitar pukul 06.00 WIB sms pun masuk di Handphone saya, Mas Ahmad BSC Club mengajak untuk gowes pagi, segera saya bergegas menyusul. Sampai di jalan Menoreh kami pun berpapasan lalu putar arah kami menuju Simpang 5 lewat jalan tanjakan Tumpang, Perlahan-lahan kami menggenjot nanjak sepeda kami, meskipun puasa tapi tenaga kami masih kuat sampai di atas tanpa turun dari sepeda. Lanjut ke arah Taman Diponegoro turun tanjakan terjal Siranda, Car Free Day di minggu pertama bulan Ramadhan jalan-jalan kota pun sepi goweser, Jalan Pahlawan yang biasanya penuh para Goweser hari ini terasa lengang. Kami pun nongkrong sejenak di simpang 5 sambil foto-foto, Selama gowes belum pernah lihat suasana jalan area Pahlawan-Simpang 5 sesepi ini "kata bapak-bapak sebelah saya".



Foto : Mas Ahmad BSC




               Kami pun keliling-keliling kota-kota, tak begitu lama rombongan sepeda yang berjumlah kira-kira 50 goweser pun lewat, Ternyata rombongan goweser Pak Walikota Soemarmo dan saya juga melihat ada Om Leo (Ketua Sepeda Kota Semarang) dan para Satpol PP serta Polisi yang mengiringi. Tak lama pun kami langsung bergabung dengan mereka, Mengambil rute Jl. Pahlawan, Simpang 5, Jl. Pandanaran, Tugu Muda, Jl. Pemuda, Jl Gajah Mada kembali ke Simpang 5 lagi. Saya pun sempat merekam sebentar video gowes kami bersama Pak walikota. Kembali lagi ke jalan Pahlawan saya melihat ada Polwan lagi gowes sendirian sambil patroli, kami pun segera menghampirinya sembari godain. Handphone saya pun merekam aksi gowes kami bersama Polwan cantik. 

Foto ; Pak Walikota Soemarmo (baju putih)



Foto : Jalan Pahlawan terlihat sepi 


Foto : Di depan Gerbang Kantor Gubernur Semarang

Foto : "Semar" Lambang Gapura Kantor Gubernur



Foto : Om Leo

Foto : Foto bareng sama Om Leo

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Aku

Kuda binal yang menembus pasir-pasir putih

melayang menuju padang ilalang
kerasnya hidup hanyalah ujaran keadaan
pilihan hidup membuat manusia berdaulat

di jalan-jalan malam, lampu kota hanya menyeru
kemana tambatan kaki melaju
deru suara bereteriak memecah kelam
diri memang milik-Nya
tak kuasa menjemput sebelum ajal mendekat

kepada perempuan dengan senyum matahari
sang Evawani yang berjalan di kalbuku
air tangis ini hanya sebatas waris
dengan boneka manis yang tersenyum kepadamu
kala rangkaku telah ditelan tanah

dimana revolusi tidak pernah berakhir
aku mau hidup seribu tahun lagi*


By : Aseng Jayadipa