Rabu, 22 Juni 2011

GAYA HIDUP NELAYAN REMBANG

Budaya masyrakat pesisir atau nelayan pada umumnya sama, yaitu sederhana, boros, latar pendidikan minim, namun kita akan bicara gaya hidup masyarakat nelayan di pesisir Kabupaten Rembang, meliputi Rembang, Kragan dan Sarang, ketiga daerah tersebut merupakan basis nelayan skala besar, dimana terdapat kapal penangkap ikan yang modern jumlahnya pun besar.

1. Komersial / Royal
Ini terjadi karena saat hasil tangkapan ikan banyak, rata-rata masyarakat yang profesinya mencari ikan berpegangan uang, mereka komsumtif memberi sesuatu tanpa rencana planing, membeli kendaraan, alat rumah tangga dll. Budaya menabung masih belum begitu dikenal, hanya mereka para pemilik Kapal (Juragan) sehingga saat cuaca laut buruk tidak melaut / miyang, otomatis untuk mencukupi kebutuhan selama dirumah harus menjual barang atau menggandaikan barang di Pegadaian. Sebagai contoh lagi saat acara sedekah laut, mereka akan berlomba memeriahkan acara dengan hiburan musik orkes dangdut terkenal dari Jawa Timur antara lain Om Monata, OM Sera, Om Palapa dsb, biaya pentas rata -rata antara 35 - 50 juta. Di ikuti budaya sawer penyanyi, menurut sumber berita sawer yang diperoleh group orkes mencapai belasan juta.

2. Gaya Rumah Modern
Jika kita melihat dikampung nelayan rata-rata terlihat bangunan rumah modern, hal ini karena status sosial persaingan tinggi. Saling unggul mengungguli tetapi kalau kita melihat kedalam rumah jangan heran jika didalamnya berserakan alat alat penangkap ikan.

3. Gaya Bicara
Masyarakat nelayan pesisir rembang kalau berbicara pasti keras lantang itu merupakan karakteristik orang pesisir.

3 komentar:

Manicure mengatakan...

matur nuwun mas sudah gabung dan memasang banner. feed blog mas sudah kami tampilkan di blog gerbang. silahkan posting di blog gerbang ya.

Gerbang (Komunitas Blogger Rembang mengatakan...

maaf mas salah nama, kami dari Gerbang (Komunitas Blogger Rembang)

Sang Nanang mengatakan...

jaman memang senantiasa berdiri dengan dua sisi, positif dannegatif....monggo pilih yang mana?

Powered By Blogger

Aku

Kuda binal yang menembus pasir-pasir putih

melayang menuju padang ilalang
kerasnya hidup hanyalah ujaran keadaan
pilihan hidup membuat manusia berdaulat

di jalan-jalan malam, lampu kota hanya menyeru
kemana tambatan kaki melaju
deru suara bereteriak memecah kelam
diri memang milik-Nya
tak kuasa menjemput sebelum ajal mendekat

kepada perempuan dengan senyum matahari
sang Evawani yang berjalan di kalbuku
air tangis ini hanya sebatas waris
dengan boneka manis yang tersenyum kepadamu
kala rangkaku telah ditelan tanah

dimana revolusi tidak pernah berakhir
aku mau hidup seribu tahun lagi*


By : Aseng Jayadipa