Rabu, 06 April 2011

Sifat Manusia Berdasarkan Bentuk Tangan dan Kuku

A. KEKENYALAN
Lembut dan lunak:
Mudah tersinggung, malas, tidak dapat diandalkan, mudah menyesuaikan diri.
Cocok menjadi seniman karena bekerja demi kepuasan, bukan materi.
Kenyal dan elastis:
Mempunyai energi dan semangat
Keras:
Keras kepala, tidak mengenal lelah.
Umumnya pekerja kasar.
B. SUSUNAN
Licin dan lunak:
Lebih berhubungan dengan jiwa daripada fisik, sensitif, emosional
Kasar:
Lebih bersifat material, tidak pernah peduli terhadap lingkungan.
Umumnya terdapat pada orang kantoran dan pekerjaan yang mengeluarkan gagasan.
C. TEMPERATUR
Dingin:
Mementingkan diri sendiri, ambisius
Hangat:
Semangat yang menyala, tidak mementingkan diri sendiri, mau bekerja tanpa imbalan.
Panas:
Bernafsu, biasanya pengikut yang setia dan fanatik, mau menyerahkan segalanya untuk uatu maksud. Umumnya salesman.
D. BENTUK
Lebar:
Materialistis dan tidak omong kosong dalam bisnis, mempunyai kelebihan penghasilan.
Panjang:
Sistem keseimbangan yang baik antara intelektualisme dan sifat yang berpengalaman.
Dalam di tengah:
Pribadi yang hangat dan penuh energi. Biasanya pada jenis tangan golongan dasar dan golongan kerucut.
E. WARNA
Putih: Kurang vitalitas dan keriangan.
Kuning: Penuh prasangka terhadap umum dan teman
Kebiru-biruan: Cenderung cepat lelah.
Merah: Energi yang berlimpah.
Merah muda: Normal
F. WARNA DAN BENTUK KUKU
Pendek dan lebar: Sangat kritis, suka menentang.
Sangat lebar: Kekuatan dan vitalitas
Segiempat: Sabar, suka kerja keras, konvensional
Bundar: Menyenangkan
Kotor dan tidak terawat: Wataknya kacau balau, tidak menentu
Panjang: Selalu dalam kebingungan, sensitif
Tegak lurus: Temperamen gugup, takut

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Aku

Kuda binal yang menembus pasir-pasir putih

melayang menuju padang ilalang
kerasnya hidup hanyalah ujaran keadaan
pilihan hidup membuat manusia berdaulat

di jalan-jalan malam, lampu kota hanya menyeru
kemana tambatan kaki melaju
deru suara bereteriak memecah kelam
diri memang milik-Nya
tak kuasa menjemput sebelum ajal mendekat

kepada perempuan dengan senyum matahari
sang Evawani yang berjalan di kalbuku
air tangis ini hanya sebatas waris
dengan boneka manis yang tersenyum kepadamu
kala rangkaku telah ditelan tanah

dimana revolusi tidak pernah berakhir
aku mau hidup seribu tahun lagi*


By : Aseng Jayadipa