Racikan strategi yang diusung pelatih timnas senior Indonesia Wim Rijsbergen di pertandingan perdananya tanpa didampingi asisten pelatih Rahmad Darmawan terlihat kurang menggigit.
Timnas senior Indonesia berhadapan dengan timnas U-23 dalam sebuah laga persahabatan yang dihelat di Stadion Manahan, Solo, Kamis (18/8/2011) malam WIB.
Pertandingan tersebut akhirnya berkesudahan dengan skor imbang 1-1. Timnas U-23 unggul terlebih dahulu di babak pertama melalui sepakan spektakuler Septia Hadi. Sedangkan, timnas senior membalasnya di babak kedua melalui penalti Bambang Pamungkas.
Di pertandingan itu, penampilan timnas senior boleh dibilang jauh dari kata memuaskan. Khususnya di babak pertama, organisasi permainan Merah Putih senior berantakan. Tidak ada sinergi yang baik antara lini belakang, tengah, dan depan.
Para punggawa Garuda senior juga seringkali cepat kehilangan bola dan seringkali salah dalam melakukan umpan. Tusukan dari sayap melalui skill individual kedua winger-nya, yakni Muhammad Ilham dan Muhammad Ridwan, yang selama ini menjadi andalan timnas dapat dengan mudah dibaca oleh juniornya.
Sedangkan, performa berbanding terbalik justru ditunjukkan oleh timnas U-23 Indonesia yang diarsiteki oleh pelatih Rahmad Darmawan, yang juga merupakan asisten pelatih timnas senior Indonesia.
Meskipun secara skill individu para pemainnya kalah jauh dibandingkan para punggawa Merah Putih senior, tetapi Rahmad mampu menutupinya dengan permainan kolektif padu dan organisasi permainan yang baik.
Para punggawa Garuda Muda dengan sabar memainkan bola dari belakang ke depan, serta terus sabar memainkan bola dari kaki ke kaki di lini tengah sampai mereka menemukan celah untuk melakukan serangan.
Para punggawa lini belakang timnas U-23 juga patut mendapatkan acungan jempol. Mereka bermain lugas dan tegas di lini belakang. Sehingga, praktis duet bomber Bambang Pamungkas dan Boas Solossa hampir tak memiliki peluang berarti di sepanjang babak pertama
Sepanjang babak pertama, timnas U-23 boleh dibilang menguasai penuh jalannya pertandingan. Mereka terus menekan pertahanan seniornya dan menciptakan beberapa peluang. Sayang, penyelesaian akhir yang kurang baik membuat mereka hanya mampu unggul satu gol di babak pertama.
Hal itu pun diamini oleh Rijsbergen seusai laga. Sang pelatih berkebangsaan Belanda itu mengungkapkan bahwa para pemainnya bermain tanpa organisasi yang baik di pertandingan ini. Mereka tampil individualistis sepanjang laga.
“Kesalahan bukan di fisik, ini murni terjadi karena banyak kesalahan dalam tim,” ungkap pelatih berkebangsaan Belanda itu.
“Kurang koordinasi, pemain masing-masing ingin menunjukkan permain terbaik mereka, namun yang terjadi, banyak kehilangan passing,” lanjutnya.
Apakah performa kurang memuaskan timnas senior tersebut disebabkan karena Rijsbergen tampil tidak dibantu oleh Rahmad Darmawan? Boleh jadi. Pasalnya, dalam dua pertandingan menghadapi Turkmenistan di laga kualifikasi pra-Piala Dunia, Rahmad lah yang mengatur strategi dan komposisi tim yang diturunkan timnas.
Wim yang saat itu baru beberapa hari menukangi timnas, terlihat hanya memantau jalannya latihan dan mengenal karakteristik permainan dan para pemain timnas.
Jadi, menurut Anda siapakah yang lebih pantas menukangi timnas senior Indonesia..?? Wim Rijsbergen ataukah Rahmad Darmawan...???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar